12 Faktor Penyebab Sariawan
faktor
penyebab sariawan yang terjadi secara berulang (atau SAR, Stomatitis Aftosa
Rekuren) masih belum diketahui dengan pasti. Kondisi ini bukan karena satu
faktor saja tetapi diakibatkan banyak faktor. Faktor-faktor ini terdiri dari:
1. Pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl sulphate (SLS)
Penelitian menunjukkan bahwa produk yang mengandungi SLS yaitu agen berbusa yang banyak ditemukan dalam pasta gigi dan obat kumur, berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya sariawan karena SLS dapat menyebabkan permukaan rongga mulut menjadi kering dan lebih rentan terhadap iritasi.
2.Trauma
Sariawan dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat trauma. Umumnya sariawan terjadi karena bibir tergigit saat berbicara atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi. Trauma bukan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya SAR pada semua penderita, tetapi trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung.
3. Genetik
Faktor ini dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada pasien yang menderita SAR. Bila kedua orangtua menderita SAR, besar kemungkinan timbul SAR pada anak-anaknya. Pasien dengan riwayat keluarga SAR akan menderita SAR sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien tanpa riwayat keluarga SAR.
4. Gangguan immunologi
Salah satu penelitian mungungkapkan bahwa respon imun yang berlebihan pada pasien SAR menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa.
5. Alergi dan sensitivitas
Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan (hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. SAR dapat terjadi karena sensitivitas jaringan mulut terhadap beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik, permen karet, bahan gigi palsu atau bahan tambalan, serta bahan makanan. Setelah kontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan meradang. Gejala ini disertai rasa panas, kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk vesikel kecil, tetapi sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR.
6. Stres
Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap ulser stomatitis rekuren ini.
7. Defisiensi nutrisi
SAR dapat terjadi karena kekurangan nutrisi, antara lain defisiensi zat besi, defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12, defisiensi Zink. Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah vitamin B1, B2 dan B6.
8. Hormonal
Pada wanita, sering terjadi SAR di masa pra-menstruasi. Bahkan banyak yang mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesteron. Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.
9. Merokok
Terdapat hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan merokok. Pasien yang menderita SAR biasanya adalah bukan perokok, dan terdapat keparahan yang lebih rendah dari SAR di antara perokok berat berlawanan dengan yang bukan perokok. Beberapa pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti merokok.
10. Infeksi bakteri
11. Penyakit sistemik
Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan kehadiran SAR. Bagi pasien yang sering mengalami kesulitan terus-menerus dengan SAR harus dipertimbangkan adanya penyakit sistemik yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian oleh dokter. Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan keberadaan ulser di rongga mulut adalah penyakit Behcet’s, penyakit disfungsi neutrofil, penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan sindroma Sweet’s.
12. Obat-obatan
Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta blockers, agen kemoterapi dan nicorandil menempatkan seseorang pada risiko yang lebih besar untuk menderita SAR.
Tindakan pencegahan timbulnya SAR dapat dilakukan diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut, menghindari stres, serta mengonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Menjaga kebersihan rongga mulut dapat juga dilakukan dengan berkumur menggunakan air garam hangat atau obat kumur. SAR juga dapat dicegah dengan mengutamakan konsumsi makanan kaya serat seperti sayur dan buah yang mengandung vitamin C, B12, dan mengandung zat besi.
Karena penyebab SAR sulit diketahui, maka pengobatannya hanya untuk mengobati keluhannya saja. Perawatan merupakan tindakan simtomatik dengan ujuan untuk mengurangi gejala, mengurangi jumlah dan ukuran ulkus, dan meningkatkan periode bebas penyakit.
Pasien yang menderita SAR dengan kesakitan yang sedang atau parah, dapat diberikan obat kumur yang mengandung benzokain dan lidokain yang kental untuk menghilangkan rasa sakit jangka pendek. Klorheksidin adalah obat kumur antibakteri yang mempercepatkan penyembuhan ulser dan mengurangi keparahan lesi SAR. Selain itu, tetrasiklin 250mg dalam 10 cc sirup direkomendasikan sebagai obat kumur, satu kali sehari selama dua minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar